Pages

Biografi Elang Gumilang

Elang Gumilang

Termasuk sebagai salah seorang sosok pengusaha muda yang sukses dalam merintis bisnis di tanah air. Prestasinya patut diapresiasi dan dijadikan suri teladan bagi anak-anak muda yang lain. Menurut dia, semua anak muda Indonesia bisa menjadi orang sukses karena diberi kelebihan oleh Tuhan dibandingkan dengan makhluk lain, yaitu diberi akal.


Elang Gumilang terlahir dari keluarga yang lumayan berada. Sejak kecil orang tuanya sudah mengajarkan bahwa segala sesuatu itu tidak bisa diperoleh secara gratis. Orang tuanya juga meyakinkan bahwa rezeki itu berasal dari Tuhan. Pria kelahiran Bogor, 6 April 1985 ini mengaku kesuksesan yang dia raih saat ini bukanlah sesuatu yang instan. Menurut dia, dibutuhkan proses dan kesabaran untuk mendapatkan semua ini. Jiwa wirausahanya sendiri mulai terasah saat dia duduk di bangku kelas 3 SMA. Dalam hati nya, dia bertekad bahwa setelah lulus SMA nanti harus bisa membiayai kuliahnya sendiri, jangan bergantung pada orang tua.
 
Akhirnya, tanpa sepengetahuan orang tuanya, dia mulai berbisnis kecil-kecilan.
Dia berjualan donat dengan cara berkeliling. Setiap hari dia mengambil 10 boks donat.

Ternyata hasil lumayan juga. Setiap hari dia bisa meraup keuntungan Rp50.000.
Setelah lulus SMA, dia kuliah di Fakultas Ekonomi IPB (Institut Pertanian Bogor). Saat awal-awal masuk kuliah, dia pernah berbisnis sepatu. Hasil yang didapat pun lumayan.

Selanjutnya, dia melihat peluang bisnis pengadaan lampu di kampusnya. Karena tidak mempunyai modal banyak, dia menggunakan strategi bisnis tanpa menggunakan modal. Dengan bermodal surat dari kampus, dia melobi ke perusahaan lampu Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya.

Dari setiap penjualan lampu tersebut, dia mendapat keuntungan sekitar Rp15 juta. Karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, dia mulai berpikir untuk mencari bisnis yang lain. Selanjutnya, dia mulai menekuni bisnis minyak goreng ke warung-warung. Lalu, dia mulai merintis bisnis lembaga bahasa Inggris di kampusnya. Bisnis bahasa Inggris ini sangat prospektif, apalagi di kampus. Adapun modalnya, dia peroleh dengan cara patungan bersama kawan-kawannya. Bahkan, karena lembaga kursusnya ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra.
 
Dalam bisnis lembaga bahasa Inggris tersebut, dia tidak terlibat langsung, tetapi hanya mengawasi. Dia pun manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketing perumahan. Saat menjadi marketing perumahan, dia tidak mendapat gaji bulanan, tetapi hanya mendapatkan komisi setiap mendapat konsumen.

Pengalaman bekerja sebagai marketing perumahan membuatnya mempunyai pengetahuan dalam dunia properti . Sejak saat itu, dia pun mulai mencoba-coba mengikuti berbagai tender. Tender pertama yang dia menangi adalah Rp162 juta di Jakarta, yaitu membangun sebuah sekolah dasar di daerah Jakarta Barat.
 
Sukses menangani sekolah, membuat dia percaya diri untuk mengikuti tender-tender yang lebih besar. Sudah berbagai proyek perumahan dia bangun. Selama ini bisnis properti kebanyakan ditujukan hanya untuk orang-orang kaya atau berduit saja. Sementara perumahan yang sederhana dan murah yang terjangkau untuk orang miskin jarang sekali pengembang yang peduli. Padahal, di Indonesia ada 70 juta rakyat yang masih belum memiliki rumah. Melihat realitas sosial seperti itu, dia pun terdorong untuk mendirikan perumahan khusus untuk orang-orang ekonomi ke bawah. Oleh karena itu, ketika ada peluang mengakuisisi sebidang tanah di daerah bogor, langsung dia ambil.
 
Dengan modal patungan Rp 340 juta pada tahun 2007, dia mulai membangun rumah sehat sederhana (RSS) yang difokuskan untuk orang miskin berpenghasilan rendah. Dari penjualan rumah yang sedikit demi sedikit itu, dia memutarkan kembali modalnya untuk membebaskan lahan di sekitarnya. Rumah bercat kuning pun satu demi satu mulai berdiri. Dia membangun rumah dengan berbagai tipe. Ada tipe 22/60 dan juga tipe 36/72. Rumah-rumah yang berdiri di atas lahan 60 meter persegi tersebut di tawarkan hanya seharga Rp25 juta dan Rp37 juta per unit. Jadi, hanya dengan uang muka Rp 1,25 juta dan cicilan Rp 90.000 ribu per bulan selama 15 tahun, mereka sudah bisa memiliki
rumah. 

Karena harganya yang relatif murah, pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meskipun harganya murah, tetapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplit, seperti klinik 24 jam, angkot 24 jam, rumah ibadah, sekolah, lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan para profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staf tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.
 
Perjalanan dalam merintis bisnis properti , tidak selamanya berjalan mulus. Pada awal-awal merintis bisnis ini, dia banyak sekali mengalami hambatan, terutama ketika akan meminjam modal dari Bank. Sebagai mahasiswa biasa, tentu perbankan merasa enggan untuk memberikan modal. Padahal, prospek bisnis properti sangat jelas karena setiap orang pasti membutuhkan rumah.
 
Meskipun sering ditolak bank pada awal-awal bisnisnya, dia tidak pernah patah semangat. Baginya, kalau bank tidak mau memberi pinjaman, masih banyak orang yang percaya dengan anak muda yang mau memberi pinjaman. Terbukti dengan hasil jerih payahnya selama ini sehingga bisa berjalan dengan baik

Muhammad Alfan Ardhani

Founder - CEO KampusPolines.blogspot.co.id. Mahasiswa Teknik Listrik di Polines. Anak Kampung yang Hijrah Ke Kota demi Masa Depan yang cerah

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Kritik dan Saran yang membangun