Pages

Mode Kontrol




Maksud tujuan sebuah closed-loop controller adalah menjaga variable terkontrol (controlled variable) selalu berada pada nilai set point yang diinginan. Semua piranti control (controller) didisain untuk mengambil langkah (aksi kontrol) dalam bentuk sinyal output yang dkirimkan ke piranti kontrol. Sinyal output tersebut merupakan fungsi dari sinyal error, yakni selisih antara nilai set point dan control point. Jenis aksi yang dilakukan oleh piranti kontrolnya disebut mode kontrol atau logika kontrol.
Pada dasarnya jenis aksi instrumen kontrol dapat mencakup 5 (lima) mode kontrol, yaitu:
a.       Two-position “on-off” control
b.      Time “on-off” control
c.       Variable control
d.      Proportional control
e.       Proportional with automatic reset control


Two-position on-off control
Two-position on-off control merupakan jenis aksi instrumen kontrol yang paling banyak digunakan. Instumen kontrol ini mengatur beroperasinya controlling device “on” atau “off”. Contoh nyata aksi two-position on-off control adalah sistem kontrol pada unit refrijerator. Di mana thermostat mengaktifkan kompresor (turn-on) untuk mendinginkan ruang kabinet jika ruang kabinet menjadi terlalu hangat, dan thermostat akan menon-aktifkan kompresor (turn-off) jika kondisi ruang di dalam kabinet telah mencapai suhu yang diinginkan.
Sistem on-off contol dua posisi ini memiliki dua sistem pengaturan, yaitu: (1) pengaturan rentang suhu (range setting) dan (2) pengaturan beda suhu (differential setting). Range setting merepresentasikan besaran suhu atau tekanan di mana piranti kontrol harus beroperasi dengan baik.
Pengaturan range setting akan mengubah tingkat set point thermostat. Berikut ini diberikan contoh aplikasinya:
Range setting 1: Pengaturan awal menghasilkan aksi sebagi berikut:
·         Thermostat „On” : 72OF
·         Thermostat “Off” : 77OF
Range setting 2: pengaturan ulang naik sebesar 3OF:
·         Thermostat „On” : 75OF
·         Thermostat “Off” : 80OF
Pengaturan Differential setting menghasilkan aksi yang berbeda antara kondisi thermostat “On” dan Thersmotat “Off” pada rentang set point tertentu. Pengaturan differential akan menaikkan atau menurunkan perbedaan amtara kedua kondisi tersebut. Berikut ini diberikan contoh aplikasinya:
Differential setting 1: Pengaturan awal menghasilkan aksi sebagi berikut:
·         Thermostat „On” : 72OF
·         Thermostat “Off” : 77OF (memberikan beda sebesar 5OF diff)
Differential setting 2: pengaturan ulang naik sebesar 3OF:
·         Thermostat „On” : 72OF
·         Thermostat “Off” : 80OF (memberikan beda sebesar 8OF diff)
Aksi Kontrol Dua Posisi
Operating differential merupakan perbedaan suhu atau tekanan aktual yang terjadi di dalam ruang yang dikondisikan. Jika nilai differential yang diinginkan lebih kecil dari pada nilai operating differential, maka sistemnya menjadi tertinggal (lag). Jika nilai differential yang diinginkan lebih besar dari pada nilai operating differential, maka sistemnya mendahului (lead). Jika operating differential terlalu rendah, maka siklus sistem akan menjadi terlalu sering, dan jika operating differential terlalu besar, maka sistemnya tidak dapat mempertahankan suhu dan tekanan pada rentang yang diinginkan.
Gambar 1.6 memperlihatkan contoh aplikasi two-position on-off control pada suatu pengaturan pintu udara (damper). Jika damper terbuka, maka area yang dikondisi mendapat pemanasan, sehingga suhu area naik. Jika damper tertutup, maka udara panas tidak mengalir ke dalam area yang dikondisikan, sehingga suhunya turun.
Gambar 1.6 Aksi Two-osition on-off Control pada Damper Udara
Aksi timed on-off control biasanya diterapkan pada situasi di mana operating differential terlalu besar. Satu cara untuk mewujudkan aksi ini adalah memasang anticipator dalam on-off control. Alat tersebut akan mengaktifkan operating device lebih cepat sebelum kondisi kerja normalnya. Hal ini akan mengurangi operating differential. Heating thermostat dengan aksi timed on-off control dilengkapi dengan elemen pemanas (heater) berdaya rendah yang berfungsi sebagai anticipator. Elemen pemanas akan memanaskan thermostat lebih cepat dibandingkan keadaan normalnya. Hal ini membuat heating thermostat menonaktifkan furnace lebih cepat dibandingkan kondisi normalnya. Hal ini dapat mencegah suhu ruang menjadi terlalu hangat.
Dalam sistem pendinginan, energi panas ditambahkan pada thermostat selama periode off cycle (cooling anticipation). Thermostat dapat mengaktifkan operating device sebelum suhu ruang menjadi terlalu hangat.
Satu tipe timed on-off control menggunakan timed switch (timer) yang dapat membuka dan menutup kontak listrik. Sebagai contoh, kompresor beroperasi (on) selama lima menit, kemudian berhenti (off) selama 20 menit. Kemudian bekerja lagi selama lima menit, dan berhenti selama 20 menit, dan seterusnya.
Aksi variable control dilaksanakan sebagai berikut: kontrol bergerak secara gradual dari posisi satu ke posisi lainnya (sebagai contoh variasi posisi damper). Jika suhu ruang sudah mencapai rentang yang diinginkan, maka tidak ada sinyal yang ditransmisikan. Maka posisi damper tidak berubah dan tetap pada posisi sebelumnya sampai ada sinyal baru yang diterima dari piranti kontrolnya. Gambar 1.7 memperlihatkan prinsip aksi variable control.
Dalam Gambar 1.7 A, damper bergerak secara gradual dari posisi satu (1) ke posisi dua (2). Hal ini membuat lebih banyak udara panas masuk ke dalam ruang yang dikondisikan sehingga meningkatkan suhu ruang hingga di atas batas bawah. Ketika suhu mencapai rentang yang diinginkan, thermostat mengirimkan sinyal untuk menghentikan gerakan membuka damper, sehingga posisi damper tetap pada posisi dua (2). Dalam Gambar 1.7 B, damper tetap pada posisi 2 ketika titik suhu berubah bervariasi pada rentang atas dan bawah. Jika suhu naik melebihi rentang batas atas, thermostat mengirimkan sinyal untuk menutup damper secara gradual.
Dalam Gambar 1.7 C, Thermostat mengkomando pergerakan menutup damper berhenti, damper berhenti pada posisi tiga (3) ketika suhu jatuh di bawah batas atas. Siklus ini akan terulang ketika suhu melebihi batas yang telah ditentukan.
Aksi Variable Control
Pada aksi proportional control, sinyal output yang dikirimkan oleh piranti kontrol buka sinyal on dan sinyal off, melainkan sinyal yang selalu berubah secara kontinyu atau lazim disebut sebagai sinyal analog. Variasi sinyal tergantung pada jumlah perubahan yang diperlukan oleh kondisi aktual. Dalam aksi ini, operating device diatur proportional terhadap kekuatan sinyal kontrol. Aksi proportional control lebih sensitif dibandingkan aksi on-off control atau aksi variable control.
Berikut ini diberikan istilah baku yang lazim digunakan pada aksi proportional control:
a.       Setpoint, yaitu posisi pengaturan yang dipilih pada piranti kontrol untuk mencapai dan memelihara kondisi yang diinginkan.
b.      Control point adalah kondisi yang sedang dijaga statusnya.
c.       Offset merupakan deviasi antara setpoint dan control point. Offset sering disebut sebagai error.
Damper seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1.8 posisinya selalu berubah. Jika suhu berubah, maka posisi damper akan diatur ulang agar suhu dapat tetap dipertahankan sesuai keinginan. Aksi proportional dengan reset merupakan metoda lajutan terbaik untuk memelihara kondisi yang diinginkan. Dalam aksi ini, control point (misalnya tekanan dan suhu aktual) diatur secara otomatik ke set point (tekanan dan suhu yang diinginkan) jika diperlukan. Seringkali, piranti kontrol didisain untuk memprediksi kondisi yang diharapkan. Kemudian piranti kontrolnya membuat aksi sangat awal, sebelum gangguan muncul.

Aksi Proportional Control
Mode kontrol yang paling sederhana dan banyak diterapkan dalam berbagai keperluan adalah control dua posisi. Sistem ini hanya memiliki dua status, seperti status On dan Off untuk fan dan pompa, atau status buka dan tutup sebuah katub atau damper (pintu angin). Sistem refrigerasi & tata udara untuk keperluan rumah tangga, menerapkan system kontrol dua posisi. Sebuah sistem yang hanya memiliki dua status operasi hampir selalu dikontrol menggunakan kontrol dua posisi. Gambar 1.9 memperlihatkan aksi dari kontrol dua posisi dari sebuah sistem pemanasan ruang.
Sistem Pemanasan Ruang Sederhana
Gambar 1.10 memperlihatkan apa yang terjadi dengan control semacam ini ketika piranti control merespon suplai udara yang lebih rendah dari suhu yang diinginkan (set point) sekitar 50% dari beban. Dalam hal ini, dua posisi yang dimaksud adalah posisi katub terbuka penuh (aliran air panas maksimum), dan posisi katub tertutup penuh (tidak ada aliran). Sepanjang sumbu vertikal menunjukkan nilai variabel terkontrol (yakni suplai udara), sedangkan waktu diletakkan disepanjang sumbu horizontal.
Perhatikan kembali Gambar 1.10, karena udara yang masuk ke pipa pemanas lebih rendah suhunya dibandingkan nilai set point, suhu udara yang dideteksi oleh sensor suhu menjadi turun. Begitu nilainya turun di bawah set point (diperlihatkan dengan garis titik-titk horisontal) maka piranti kontrol akan memberikan komando untuk membuka katub secara penuh. Medium pemanas mengalir ke dalam pipa pemanas, tetapi suhu udara tidak dapat naik secara tiba-tiba, karena aktuator butuh waktu untuk membuka katub dan akan terlebih dahulu memanaskan pipa pemanas sebelum memanaskan udara sekitar pipa pemanas. Sehingga suhu udara akan terus turun di bawah set point sebelum kemudian naik. Katub akan tetap terbuka hingga suhu udara suplai naik hingga mencapai nilai di atas set point. Kontrol differential merupakan nilai tetap yang besarnya sama dengan selisih atau beda antara nilai cut in(perintah membuka katub) dan cut off (perintah menutup katub); direpresentasikan dalam gambar dengan beda antara set point dengan garis horizontal putus-putus.
Gambar 1.10 Respon Kontrol Pemanas Dua Posisi
Jika suhu udara memotong garis tersebut, maka piranti kontrol akan menutup katub. Kejadian yang sama terulang lagi, ada waktu tunda sebelum akhirnya suhu udara turun karena perlu waktu untuk menurunkan terlebih dahulu suhu pipanya. Begitu seterusnya, kejadian tersebut akan berulang. Pada contoh ini, set point diperlihatkan menjadi ON-point (yaitu titik di mana katub terbuka), dan set point plus control differential manjadi OFF-point (di mana katub tertutup. Pada kasus lain, lazim diperlihatkan set point menjadi titik tengah antara ON-point dan OFF-point, karena ini merupakan nilai rata-rata dari variabel terkontrol. Pada prakteknya, bila menggunakan thermostat sebagai piranti kontrol, maka set point akan menjadi titik tengah antara ON-point dan OFF-point.

Muhammad Alfan Ardhani

Founder - CEO KampusPolines.blogspot.co.id. Mahasiswa Teknik Listrik di Polines. Anak Kampung yang Hijrah Ke Kota demi Masa Depan yang cerah

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Kritik dan Saran yang membangun